Rabu, 29 Oktober 2008

Antioksidan, Tidak Lebih, dan Tidak Kurang (Bag-2)

Bagaimana sebetulnya cara kerja zat antioksidan ini? Apakah antioksidan sepenuhnya bermanfaat?

Vitamin
Antioksidan yang sangat terkenal adalah vitamin C dan E. Vitamin ini mencegah oksidasi pada molekul yang berbasis cairan, misalanya plasma darah dan mata. Sementara itu, vitamin E yang larut dalam lemak bekerja pada sel lipid dan sirkulasi kolesterol.

Sebuah studi yang diterbitkan New England Journal of Medicine (NEJM) pada 1997 menunjukkan peran vitamin E memperlambat gejala Alzheimer. Journal of the America Medica Association (JAMA) 1995 menerbitkan studi University of Southern California School of Medicine yang menyatakan bahwa vitamin E mencegah penyakit arteri koroner (jantung); menurunkan risiko katarak (Journal Ophthalmology, 1998).

Cara kerja vitamin E sebagai antioksidan adalah dengan menyumbangkan electron kepada radikal bebas. Karena itu, vitamin E lalu berubah menjadi vitamin E radikal. Untuk menjinakkannya diperlukan vitamin C yang akhirnya akan membuat vitamin C menjadi radikal. Di sinilah glutation muncul untuk menetralkan vitamin C.

Mineral
Kalau vitamin C dan E bertindak sebagai antioksidan langsung, mineral akan berperan sebagai komponen antioksidan tubuh (endogen). Selenium, misalnya, merupakan komponen penting glutationpeoksidase. Selenium juga bekerja secara sinergis dengan vitamin E. Sebuah studi yang diterbitkan majalah kesehatan Inggris, The Lancet, pada 1983, menyatakan bahwa orang yang kekurangan selenium akab berisiko menderita kanker dibandingkan orang yang berkecukupan selenium.

Seng (zinc) merupakan mineral antioksidan yang penting. Senga akan membantu mencegah oksidasi lemak dan diperlukan tubuh untuk memproduksi antioksidan superoksida dismutase. Keberadaan seng dibutuhkan pula untuk menjaga kadar vitamin E dalam darah sehingga membran sel darah merah bisa terlindungi dari efek oksidasi mineral lain.

Flavanoid dan Karotenoid
Zat antioksidan dalam tumbuhan dibedakan menjadi flavanoid yang larut dalam air dan karotenoid yang larut dalam lemak.Flavanoid punya kemampuan utnuk memperbaiki ketidakseimbangan system antioksidan tubuh. Ada 4.000 lebih flavanoid, misalnya epigalokatekin dalam teh hijau isoflavon dalam kedelai.

Karotenoid punya beberapa anggota yang terkenal, misalnya betakaroten, alfakaroten, likopen, dan lutein. Ada sekitar 700 karotenoid di alam dan sekitar 50 jenis dapat diserap tubuh. Banyak diantara karotenoid yang berperan sebagai pembentuk (prekursor) vitamin A dan mampu memerangi radikal bebas.

Tulisan dalam NEJM, 1986, menyatakan bahwa kekurangan betakaroten akan meningkatkan risiko munculnya kanker paru.

Variasi Tanpa Berlebihan
Antioksidan bekerja sebagai sebuah sistem untuk menghentikan kerusakan akibat radikal bebas. Karena itu, para ahli nutrisi menyarankan agar konsumen mengonsumsi produk yang mengandung banyak variasi antioksidan, kombinasi vitamin, mineral, dan zat berkhasiat dari tumbuhan. Kita tidak disarankan mengonsumsi satu jenis antioksidan dengan dosis besar.

Antioksidan juga mirip radikal bebas yang bersifat buruk tapi tetap dibutuhkan tubuh, misalnya untuk melawan bakteri. Meski bersifat baik, antioksidan yang berlebihan akan berbahaya. Vitamin C yang berlebihan akan berpotensi menjadi vitamin C radikal yang bersifat mirip radikal bebas. Glutation tidak cukup untuk menetralkannya. Kelebihan vitamin C (sintetis) akan membuat ginjal bekerja keras.

Begitu juga dengan vitamin E. Ada teori yang mengatakan, kelebihan vitamin E dapat mengganggu proses pembekuan darah. Selain itu, vitamin E akan terakumulasi di jaringan tubuh yang mengandung lemak seperti hati dan berpotensi meracuninya.


brokoli, sumber antioksidan alami

0 komentar:

Posting Komentar

Recent Comments